BuruSergap86.com -- Jakarta,Di rumah persembunyiannya pada 1 Oktober 1965,Nasution mendengar dari radio pada pukul 08.00 siaran ulang Pengumuman Dewan Revolusi, yang ditandatangani Letkol Untung. Ia kemudian memerintahkan kepada Letkol Hidajat Wirasondjaja untuk mencari informasi lebih lanjut tentang situasi Jakarta saat itu.
Dalam hubungan ini, Letkol Hidayat pergi ke Kostrad,di situ ia bertemu dengan Soeharto dan Umar,dan melaporkan kepada mereka mengenai keadaan Nasution dan bahwa ia sehat wal’afiat dan sedang bersembunyi, karena anak buah Letkol Untung masih mencari-cari dia.Soeharto dan Umar kemudian memberikan juga informasi kepada Hidajat mengenai apa yang telah terjadi, dan ini kemudian disampaikan Hidajat kepada Nasution sekembalinya dari Kostrad.
Pada waktu bersamaan Nasution memperoleh informasi dari sumber-sumber lain mengenai operasi Letkol Untung. Karena ada petunjuk-petunjuk keterlibatan PKI dalam kejadian itu,ia memerintahkan Hidajat untuk kembali ke Kostrad sekitar pukul 09.00, membawa perintah untuk dijalankan Mayjen Soeharto.
Sebagai Menko Hankam/KASAB Nasution memerintahkan Soeharto untuk mengidentifikasi dan melokalisir pasukan musuh, menutup semua jalan masuk ke kota Jakarta, dan meminta bantuan dari pasukan dari Divisi Siliwangi. Nasution juga memerintahkan Soeharto menggunakan RRI Bandung untuk membantah adanya Dewan Jenderal,mencari informasi tentang keadaan Presiden Soekarno, serta membangun kordinasi dengan kesatuan militer lain selain Angkatan Udara.
Begitu Untung menyiarkan susunan Dewan Revolusi pada pukul 14.00, Nasution memutuskan bahwa harus diambil tindakan cepat dan langsung terhadap Letkol Untung di semua front oleh Angkatan Darat dan bahwa angkatan-angkatan lain harus diperintahkan untuk ikut serta.
Hari pertama G30S PKI, dengan cepat Nasution dan Soeharto berhasil memegang kendali di lapangan, pada petang harinya stasiun RRI direbut oleh pasukan RPKAD pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo. Usai RRI berhasil direbut, teks pengumuman pertama yang dibacakan Soeharto kepada rakyat adalah mengutuk kudeta yang dilakukan oleh Letkol Untung,bahwa GESTAPU telah menculik enam jenderal dan merebut kekuasaan negara,tetapi Presiden selamat dan situasi di Jakarta dan provinsi berada di bawah kendalinya.
Ia selanjutnya mengatakan bahwa ia telah mengambil alih komando Angkatan Darat (AD) untuk sementara, dan bahwa Angkatan Laut dan Kepolisian bekerja sama dengan AD untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Siaran ini jelas membawa dampak yang sangat besar di propinsi-propinsi, karena memberi tahu kelompok-kelompok pemberontak di situ bahwa GESTAPU di ibukota telah Tumbang.
Akibatnya, kelompok-kelompok yang belum memulai operasi menghentikan persiapan-persiapannya, sedangkan kelompok-kelompok yang sudah merebut kekuasaan mulai mundur untuk menghapus jejak. Akibatnya,kelompok-kelompok yang belum memulai operasi menghentikan persiapan-persiapannya, sedangkan kelompok-kelompok yang sudah merebut kekuasaan mulai mundur untuk menghapus jejak.
Setelah siaran radio Soeharto itu, Nasution,Sebagai Menko Hankam/ KASAB memerintahkan Angkatan Laut dan Kepolisian untuk bekerja sama penuh dengan AD,sekarang di bawah Jenderal Suharto,untuk menumpas GESTAPU di ibukota dan di seluruh negeri.
Hari itu, Nasution berada di Kostrad sampai sekitar 01.00 WIB pada 2 Oktober,dan mendapat laporan tentang kekalahan GESTAPU di Semarang, Bandung, Yogyakarta,Solo dan tempat-tempat lain. Pada hari kedua, pasukan RPKAD dan batalyon lainnya yang telah dikonsolidasikan oleh Kostrad kemudian menyerbu dan merebut kawasan Halim,Jantung operasi G30S PKI. Suasana saat RPKAD menyerbu Halim itu juga diungkapkan Suparjo dalam suratnya kepada Omar Dhani.
"Kawan-kawan pimpinan dari “G-30-S” kumpul di LB (Lubang Buaya).Kesatuan RPKAD mulai masuk menyerang,keadaan mulai “Wanordelijk”(kacau).Pasukan-Pasukan Pemuda belum biasa menghadapi Praktek Perang sesungguhnya."ungkap Suparjo. Dengan demikian berakhir sudah Petualangan dari Gerakan 30 September Partai Komunis(G30S PKI)dalam rencana Kudeta tersebut.
Hanya dalam hitungan jam,Kudeta Tersebut Gagal Total Akibat Pukulan Keras dari duet NATO atau Sebutan Kala itu Artinya Nasution-Harto(NATO),seperti yang disebut Suparjo dalam suratnya itu."Tamat Sudah Penghianat Gerakan G30S/PKI".
Aidit Kabur Mengunakan Pesawat ke Malaysia dan Untung Tertangkap bersama Antek-anteknya di Jebloskan ke Penjara Seumur Hidup,hingga Kematian Menjemput nya.
Namun,Sayang nya dalam Peristiwa Gerakan September G30S/PKI,Sempat terdapat Korban Jiwa yakni Ada Jenderal TNI yang di Culik 10 Jenderal dan juga Ajudan nya,Telah Meninggal Dunia Akibat Gugur berkorban Menjadi Pahlawan Revolusi Indonesian.Sesuai Pembangunan Monemen Pancasila beserta Patung Duplikat sebagai Mengenang Jasa-Jasa Para Pahlawan Revolusi tersebut.
Hari-hari berikutnya adalah masa yang kelam,tidak hanya bagi para pimpinan operasi militer G30S PKI dan pasukan yang terlibat di dalamnya,Tapi juga bagi jutaan orang yang secara sadar ataupun tidak telah bersinggungan langsung dengan ideologi Partai Komunis Indonesia atau PKI.
Akhirnya Tamat di Tumpas Oleh Aparat Penegak Hukum(APH)dari Satuan Tugas Khusus TNI-AD Kopassus bersama Kostrad Sebagai Prajurit Terbaik dan Pengabdian nya terhadap Negara Republik Indonesia Serta Bangsa Indonesia Yang menegakkan Kedaulatan Rakyat Selalu Tetap Bersama RAKYAT INDONESIA, Sampai Sekarang.
Liputan:*Tim Redaksi Media-C45T*