INDONESIAN MASA JINEJER WOLAK-WALIKING ZAMAN

 

BuruSergap86.com -- Banyuwangi,Pemimpin Kasepuhan Luhur Kedaton MH Imam Ghozali mengungkap berbagai demonstrasi yang saat ini muncul dan berkembang menjadi kerusuhan terbatas merupakan peristiwa yang sudah semestinya terjadi sebagai bagian dari proses "Jinejer Wolak-waliking Zaman", setelah Bangsa Indonesia Indonesia sebelum dipimpin"Raja Kara Murka".

"Jadi kenapa kita sebut sebagai sesuatu yang sudah semestinya terjadi, itu merujuk pada isi Ramalan Kitab Musarar Jangka Jayabaya yang jarang diungkap, yakni terkait berakhirnya kekuasaan Raja Kara Murka yang memimpin Negeri Zaman Kutila, Negeri tersebut akan melewati 3 Masa Sekaligus, Pertama masa Kolobendu, Kedua, Masa Wolak Walie Zaman, Ketiga,Masa Jinejer Wolak Walie Zaman,setelahnya baru Negeri tersebut Masuk Zaman Kolosebo,".Ungkapnya.(04/09/25)Pagi.

"Padahal menurut kita, Tuntutan Masyarakat, Sebenarnya sangat sederhana yakni  Penegakan Hukum, Terbitkan UU/Perpu Perampasan Aset dan Hukum Mati Para Koruptor yang jika Presiden/Pemerintah melaksanakan tuntutan Rakyat tersebut, kedepan Pemerintah pula yang akan diuntungkan dengan demikian Pajak Rakyat bisa diturunkan, sebagaimana juga telah ditulis dalam Ramalan Jayabaya,". cetusnya.

"...Rakyat yang dikenakan Pajak 1000 dikurangi oleh Sang Prabu tinggal 100 Dinar.(Raja/Presiden dengan Kekuasaan dan kewenangannya akan menurunkan beban pajak Rakyat)".

Lebih lanjut ia mengungkapkan, bahwa hampir setiap pergantian Presiden RI kita selalu mendengar bahwa Presiden Terpilih merupakan Satrio Peningit, atau Ratu Adil atau Ratu Amisan seperti yang tertulis dalam ramalan Prabu Jayabaya maupun Ramalan Raden Ngabehi Ronggowarsito.

"Akan tetapi benarkah seperti itu, atau itu hanya jastis dari beberapa orang yang berkepentingan mencari Pembenar dalam narasi spiritual Leluhur Masyarakat Jawa, karena kenyataan Negara Indonesia kini Tercekik Hutang bahkan setelah 80 Th merdeka, untuk bangun Ibu Kota Negara (IKN) masih bermodalkan hutang". cetusnya.

Pemimpin Kasepuhan Luhur Kedaton, menjabarkan bahwa Ketika Indonesia dipimpin Satrio Peningit, atau Ratu Adil atau Ratu Amisan, Negara akan ada pada Zaman Kolosebo, Negara Gemah Ripah loh jinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo, kehidupan masyarakat makmur dan sejahtera,Pajak Rakyat Diturunkan, Hukum Ditegakkan dan masih banyak ciri-ciri lain yang itu berkaitan dengan silsilah nasab.

"Akan tetapi, perlu diingat merujuk Ramalan Jayabaya sebelum datangnya Zaman Kolosebo, Indonesia terlebih dahulu melewati Zaman Kutila dipimpin Raja Kara Murka, setelah Raja Kara Murka lengser datang Masa Kolobendu dimana banyak Raja, Pejabat, Penguasa sebelumnya akan menerima akibat dari perbuatannya "ngunduh wohing Budi pekerti", setelah itu Masa Wolak Walie Zaman, kemudian Jinejer Wolak-waliking Zaman,baru kemudian masuk Zaman Kolosebo,"

"Tiga masa tersebut tersebut sepertinya yang terjadi di Indonesia saat ini, dan itu tidak dapat dihindarkan karena bagian dari bentuk PANGGERUWATAN, PEMBERSIHAN,yang salah akan terlihat salah yang benar akan tampak benar,dimana rakyat berusaha menegakkan keadilannya sendiri memberikan Hukuman atas Prilaku Raja-Pejabat yang tidak adil dan ingkar janji,".paparnya.

"Kita Musarar Jangka Jayabaya menyebutkan, bahwa terjadinya Peristiwa 3 Masa Kolobendu, Wolak Walie Zaman, Jinejer Wolak-waliking Zaman,terjadi pada pertengahan hingga akhir tahun, jika di hubungkan dengan peristiwa yang terjadi di Indonesia saat ini berarti Agustus - Desember 2025,"Tandasnya.

Ia menambahkan, bahwa kembali merujuk pada Ramalan Jayabaya situasi kerusuhan pada Masa Kolobendu, diakibatkan karena adanya upaya Raja Kara Murka tetap ingin menjadi Penguasa atau mengendalikan kekuasaan.

Disisi lain, banyak pihak merasa khawatir dengan berusaha menolak kehendak alam dengan melemahkan hukum seperti tampak kita lihat Ketakutan DPR RI ketika didorong mengalahkan RUU Perampasan Aset dan Hukum Mati, mereka juga tampak berusaha mengingkari "bawa setiap perbuatan yang salah (Korupsi, ingkar janji, tidak adil) pasti akan menerima akibat".

Meskipun akibat yang diterima menurut Ramalan Jayabaya tidak dijelaskan "apakah itu dipenjara", tapi yang jelas disebutkan raja yang dulunya ingkar janji, tidak adil akan kehilangan kekuasaan dan wibawanya,ia juga dikelilingi pejabat yang jahat "akeh pangkat jahat jahil\ kelakuan padha ganjil\".

"Padahal semua masyarakat tahu, dari sejak masa Pandemi COVID -19 Kinerja DPR RI nyaris tidak ada, bahkan dialektika Politik yang kerap kali muncul di berbagai media justru dari tokoh-tokoh masyarakat luar Partai Politik, sementara elite elite politik di DPR RI Hanya bungkam, sekali muncul kepermukaan bicara sudah soal besaran gaji dan tunjangan sebagai Anggota DPR RI - MPR RI, bahkan malah ada yang Goblok-goblokin masyarakat,". Tegasnya.

Pemimpin Kasepuhan Luhur Kedaton menegaskan,Jika DPR RI masih saja tidak segera mengesahkan RUU Tentang Perampasan Aset dan Hukum Mati Koruptor yang itu menjadi satu- satunya jalan untuk bisa memperbaiki Negara,berarti mengang DPR RI sudah jadi sarang tikus yang sangat layak di Bubarkan.

"Ramalan Jayabaya mengungkapkan,ketika Negeri (Indonesia) dalam Masa Kolobendu, untuk bisa melewati atau memahami Raja/Presiden, Kuncinya ada di Sunan Tembayat / Sunan Pandanaran Semarang yang makamnya di Puncak Gunung Jabalkat".Ucapnya.

"..sinjang kemben tan tinolih itu sebuah lambang yang menurut Seh Ngali Samsujen datangnya Kala Bendu. Di Semarang Tembayat itulah yang mengerti/memahami lambang tersebut".(Ramalan Jayabaya).

"Sebab itu, Raja/ Presiden yang ada pada 3 Masa tersebut, menurut Ramalan Jayabaya harus bisa tegas, Seperti dicontohkan Prabu Jayabaya ketika membunuh (bisa diartikan menghilangkan kekuasaan atau melepaskan kekuasaan sebelumnya) Petapa Ki Ajar, padahal Ki Ajar dan Prabu Jayabaya sama- sama Murid Syekh Samsudin Al Wasil, setelah Raja/ Presiden berhasil melewati 3 Masa tersebut dia akan peroleh Gelar Ratu Amisan".Imbuhnya.

"....Kedelapan endang seorang. Kemudian ki Ajar menghaturkan sembah: “Inilah hidangan kami untuk sang Prabu”. Sang Prabu waspada kemudian menarik senjata kerisnya.".

"..Ki Ajar ditikam mati. Demikian juga endangnya. Keris kemudian dimasukkan lagi. Cantrik-cantrik berlarian karena takut. Sedangkan raja putra kecewa melihat perbuatan ayahnya,".

Penjelasan: Setelah Prabu Jayabaya membunuh Ki Ajar sang Petapa, ia menjelaskan kepada Putranya, alasan dia membunuh karena Ki Ajar berdosa kepada Gurunya Sultan Maolana Ngali Samsujen waktu masih muda, padahal dia (Ki Ajar) sudah diwejang sama seperti saya.

"...Heh anakku.Kamu tahu ulah si Ajar yang saya bunuh. Sebab berdosa kepada guru saya Sultan Maolana Ngali Samsujen tatkala masih muda,"

SINOM.

"Dia itu sudah diwejang (diberitahu) oleh guru mengenai kitab Musarar. Sama seperti saya. Namun dia menyalahi janji, musnah raja-raja di Pulau Jawa..".

INDONESIAN ZAMAN KUTILA, MASA KOLOBENDU, MASA WOLAK WALIE ZAMAN, MASA JINEJER WOLAK-WALIKING ZAMAN, ZAMAN KOLOSEBO 

Ramalan Jayabaya setidaknya sudah berumur 890 Th, Ketika saat ini kita kembali melihat berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia memiliki kesamaan dengan apa yang sudah diramalkan Prabu Jayabaya Pada Th (1135-1159 M), hal serupa dilakukan setelah 413 Th sejak Muksanya Prabu Jayabaya, Sunan Giri ke 4, Kanjeng Sunan Giri Prapen Kembali menulis apa sudah diramalkan Prabu Jayabaya dalam Kitab Musarar Jangka Jayabaya.

Diakui maupun tidak, lahirnya Bangsa Indonesia yang berusia hampir 1 Abad, merupakan bangsa yang lahir dan berdiri kokoh dari Pondasi Peradaban Lama Leluhur Bangsa Indonesia yang telah berkali-kali sampai pada puncak Kejayaan, Runtuh dan Bangkit kembali, hingga sampai pada kesadaran dan pengorbanan secara lapang dada bersepakat mendirikan "Bangsa dan Negara Indonesia".

Bahkan dalam banyak riwayat diceritakan dengan "Gamblang" bagaimana Leluhur Bangsa Indonesia bukan hanya sebatas ikut memperjuangkan Kemerdekaan dan Kedaulatan Bangsa dan Negara Indonesia, tapi mereka juga rela berkorban Harta benda, demi mewujudkan Negara Indonesia yang berdaulat,adil dan makmur.

Sebut saja,sebagai contoh:

1. Sri Sultan Hamengkubuwono IX pernah menyumbang Pada Th 1949 Pernah menyumbang 6 juta gulden untuk biaya awal operasional berdirinya RI.

2. Sultan Syarif Kasim II Pada Th 1945 menyumbang uang Rp13 juta Gulden dan Mahkota Emas Rp1 Triliun untuk awal berdirinya RI.

3. Teuku Nyak Markam menyumbangkan 28 kg emas dari 38 kg emas untuk Monumen Nasional (Monas).

"Sementara itu, setelah Kemerdekaan RI, Banyak Pejabat Negara Indonesia hingga saat ini, bukannya menyumbang buat Negara tapi dari hulu ke hilir yang terdengar hanya Korupsi dimana, bukan menyumbang Emas malah yang terjadi maling tambang emas, yang dalam istilah Ramalan Jayabaya disebut "SEMAKIN BERTAMBAH KESENGSARAAN NEGARA" akibat ulah dan kerakusan Para Pejabatnya sendiri, termasuk Para Wakil Partai yang mengaku wakil Rakyat di DPR -MPR hingga DPRD,". Tegas Pimpinan Kasepuhan Luhur Kedaton.

Dari Fenomena,Perilaku dan Kebijakan Penguasa, APH Seperti itu, Indonesia Kira Lebih Tetap Ada Dizaman Apa...!

INDONESIA ZAMAN KUTILA.

Kitab Musasar Jangka Jayabaya menyebutkan Zaman KUTILA terjadi karena Rajanya Kara Murka (Raja-raja yang saling balas dendam.). Lambangnya Panji loro semune Pajang Mataram (Dua kekuatan pimpinan yang saling jegal ingin menjatuhkan).

Nakhoda (Orang asing- Bangsa Luar yang Menguasai Sumber Daya Alam Indonesia) ikut serta memerintah bisa diartikan (Oligarki/ Munculnya simbol-simbul baru New Komonisme) yang sekarang mendominasi kepentingan berdirinya IKN.

Punya keberanian dan kaya (Raja Berani dan Punya Kekayaan yang berlimpah dari Hasil Korupsi), Sarjana (Tapi Orang arif dan bijak/Tidak Punya Kebijaksanaan) tidak ada. Rakyat sengsara. Rumah hancur berantakan diterjang jalan besar.(Pembangunan Jalan Tol Era Presiden Jokowi).

Kemudian diganti dengan lambang Rara ngangsu, randa loro nututi pijer tetukar ( Masih Raja yang sama,raja yang selalu diikuti/diintai dua saudara wanita tua untuk menggantikannya- pada era akhir pemerintahan Jokowi , Jokowi Group vs Megawati bersama Gerbong PDIP atau seperti sekarang Raja / Presiden sebelumnya ingin tetap bisa mengendalikan Presiden selanjutnya).

Waktu Zaman Kutila, Pajak rakyat banyak sekali macamnya. Semakin naik. Panen tidak membuat kenyang.Hasilnya berkurang (Kehidupan Petani Susah, Pupuk Sulit dan Harga Hasil Pertanian menurun, impor beras dll).

Orang jahat makin menjadi-jadi Orang besar hatinya jail. Makin hari MAKIN BERTAMBAH KESENGSARAAN NEGARA.(Hutang Negara Bertambah Besar)

Hukum dan pengadilan negara tidak berguna, Perintah berganti-ganti (Raja Sering mengubah kebijakan), Keadilan tidak ada. Yang benar dianggap salah. Yang jahat dianggap benar. Setan menyamar sebagai wahyu. Banyak orang melupakan Tuhan dan orang tua, 

Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit , Akeh pangkat sing jahat lan ganjil ( Jabatan hasil menjilat bukan kerena keahlian/skli/hasil suap/menjilat/Rangkap Jabatan), Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat, Kana-kene saya angkara murka (dimana -mana korupsi), Wong golek pangan kaya gabah diinteri (Silitnya/Kurangnya lapangan kerja/TKI/TKW), Dandang dikandakake kuntul, Ratu karo Ratu (Presiden, Gubernur, Bupati), pada rembugan negara endi sing dipilih lan diseneng, Tanah Jowo Morat Marit ( Pertambangan Ilegal atau Pertambangan yang dianggap Legal tapi tidak memberikan manfaat bagi Masyarakat dan Negara, seperti Pertambangan PT BSI di Gunung Tumpang Pitu).

Wong golek pangan pindha gabah den interi (PHK Masak Waktu Covid-19)\ sing kebat kliwat, sing kasep kepleset (rebutan Bansos)\ sing gedhe rame,gawe sing cilik keceklik\ sing anggak ketenggak, sing wedi padha mati\ nanging sing ngawur padha makmur\ sing ngati-ati padha sambat kepati-pati\ (Masyarakat Susah Mencari Lapangan Pekerjaan).

Beberapa bait lain menyebutkan ZAMAN KUTILA ditandai :

Patihe kepala judhi (Judi online merajalela yang dikendalikan/dibekingi Menteri), Pangkat dadi pemikat, Sing sawenang-wenang rumangsa menang, Ana Bupati saka wong sing asor imane (Gubernur/Bupati yang lemah Imannya, seperti : Banyuwangi), Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat, Akeh wong mendem donga, Agama ditantang, Kesusilaan ditinggal, Akeh wong edan,jahat lan kelangan akal budi.

Banyak hal-hal yang luar biasa. Hujan salah waktu. Banyak gempa dan gerhana. Nyawa tidak berharga. Tanah Jawa berantakan (Pertambangan yang tidak bertanggung jawab tidak memberikan manfaat untuk masyarakat dan negara), Kemudian raja Kara Murka Kutila musnah.

ORANG - ORANG YANG SELAMAT ZAMAN KUTILA .

Prabu Jayabaya meramalkan, Pada masa Raja Kara Murka  Zaman KUTILA nantinya tetap ada orang -orang yang akan selamat yakni mereka orang -orang yang ingat akan ajaran Leluhur:

"Bejane sing lali, bejane sing eling, Nanging sauntung-untunge sing lali, Isih untung sing waspada.(Mereka tidak terlena, tidak hanyut mempertahankan yang salah dan Sadar)".

MASA PANGRUWATAN - PEMBERSIHAN.

Gejolak rakyat Indonesia yang menuntut Penurunan Beban Pajak Rakyat serta hukuman berat dan Perampasan Aset Para Koruptor, sejatinya merupakan imbas dari Perang besar antar Peradaban Negara Blok Iran melawan Negara Blok Zionis Israel yang selama ini menjadi unjung tombak peradaban Eropa, serta simbol penindasan di Gaza dan di Timur Tengah.

Sebagaimana diterangkan diawal Kitab Musarar Jangka Jayabaya, Ramalan Jayabaya dibuat setelah ia bertemu dengan Ulama' Syekh Samsudin Al Wasil utusan dari Kekaisaran Persia- Rum kini menjadi Negara Iran dan Negara Turki.

Termasuk diakhir Kitab Musarar Jangka Jayabaya disebutkan, Jika Indonesia ditaklukkan Raja Prenggi yang sangat kejam, kelak Raja Rum akan Mengutus Patihnya untuk mengusir Raja Prenggi dari tanah Jawa hingga musnah bersama seluruh pasukannya.

1. MASA KOLOBENDU.

Ramalan Jayabaya mengungkapkan, setelah Tanah Jawa -  Indonesia melewati Zaman Kutila, Bangsa Indonesia akan dihadapkan Masa Kolobendu, dimana Raja/Presiden/Gubernur/Bupati yang mengakibatkan BERTAMBAHNYA KESENGSARAAN NEGARA,mereka semua akan mendapatkan hukuman dari Rakyat, Sebab hukum Negara sudah tidak dijalankan dengan baik dan benar.

Ditulis dalam Ramalan Jayabaya:

RATU ORA NETEPI JANJI\ musna kuwasa lan prabawane\ akeh omah ndhuwur kuda\ wong padha mangan wong\ kayu gligan lan wesi hiya padha doyan\ dirasa enak kaya roti bolu\ yen wengi padha ora bisa turu\.

Ukuman ratu ora adil\ akeh pangkat jahat jahil\ kelakuan padha ganjil\ sing apik padha kepencil\ AKARYA APIK MANUNGSA ISIN\ LUWIH UTAMA NGAPUSI\ (Pemerintahan dijalankan dengan tidak jujur/ Menipu Masyarakat)

HILANGNYA MASA KALABENDU.

Ramalan Jayabaya mengungkapkan, berkaitan dengan datangnya Masa Kolobendu yang lebih bisa memahami "lambang" dialah Sunan Tembayat/Sunan Pandanaran yang makamnya di Puncak Gunung Jabalkat.

"Tidak berkesempatan menghias diri (Raja yang tidak sempat mengatur negara sebab adanya masalah-masalah yang merepotkan.), sinjang kemben tan tinolih itu sebuah lambang yang menurut Seh Ngali Samsujen datangnya Kala Bendu. Di Semarang Tembayat itulah yang mengerti/memahami lambang tersebut". (Ramalan Jayabaya).

"..iki dalan kanggo sing eling lan waspada\ ing zaman kalabendu Jawa\ aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa\ cures ludhes saka braja jalma kumara\ aja-aja kleru pandhita samusana\ larinen pandhita asenjata trisula wedha\ iku hiya pinaringaning dewa,".

".. nglurug tanpa bala\ yen menang tan ngasorake liyan\ para kawula padha suka-suka\ marga adiling pangeran wus teka\ ratune nyembah kawula\ angagem trisula wedha\ para pandhita hiya padha muja\ hiya iku momongane kaki Sabdopalon\ sing wis adu wirang nanging kondhang\ genaha kacetha kanthi njingglang\ nora ana wong ngresula kurang\ hiya iku tandane kalabendu wis minger\ centi wektu jejering kalamukti\ andayani indering jagad raya\ padha asung bhekti,".

KISAH JOKO TINGKIR KEMAKAM SUNAN TEMBAYAT.

Dalam satu kisah Pertempuran Joko Tingkir (Sultan Hadiwijaya) melawan Adipati Sutawijaya (Adipati Mataram), Putra Joko Tingkir yang dibesarkan yang dibesarkan Ki Ageng Pamanahan, terdapat sejarah yang menyebutkan Adipati Sutawijaya merupakan anak angkat Joko Tingkir,setelah ia berhasil membunuh Arya Penangsang atas permintaan Jako Tingkir dan Ratu Kalinyamat yang suaminya di bunuh Arya Penangsang, Sutawijaya diberikan Alas Mentaok (Cikal bakal berdirinya Mataram Islam).

Joko Tingkir yang kala itu sudah usia senjanya melawan Sutawijaya, memilih mundur dengan pasukannya dan singgah ke Sunan Tembayat/Sunan Pandanaran , sesampainya disana, diceritakan jika Joko Tingkir tidak bisa membuka Pintu Makam Sunan Tembayat,sehingga Joko Tingkir berfirasat Jika ia sudah Waktunya Ajak akan tiba, sehingga ia berpesan supaya anak-anak dan menantunya jangan ada yang membenci Sutawijaya, dikarenakan perang tersebut terjadi sebab sudah ditakdirkan.(Ramalan Sunan Giri Prapen ke Jaka Tingkir Tentang Runtuhnya Kesultanan Pajang).

"Dari kisah tersebut, alangkah baiknya menghadapi situasi nasional yang terjadi di Indonesia saat ini, Presiden/ Pemerintah untuk segera memenuhi aspirasi masyarakat diantaranya penerbitan Perpu/UU Perampasan Aset dan Hukum Mati, serta Penurunan beban Pajak, selain itu juga Ziarah ke Makam Sunan Tembayat/Sunan Pandanaran di Puncak Gunung Jabalkat."

2. MASA WOLAK WALIE ZAMAN.

"...PANCEN WOLAK-WALIKING JAMAN\ amenangi jaman edan\ ora edan ora kumanan\ sing waras padha nggagas\ wong tani padha ditaleni\ wong dora padha ura-ura\ beja-bejane sing lali,\ isih beja kang eling lan waspadha,".

"..bumi sangsaya suwe sangsaya mengkeret\ sakilan bumi dipajeki\ wong wadon nganggo panganggo lanang\ iku pertandhane yen bakal nemoni\ WOLAK-WALIKE ZAMAN".

3. MASA JINEJER WOLAK-WALIKING ZAMAN 

Kitab Musarar Jangka Jayabaya menyebutkan,dalam arti yang sederhana nanti pada tutup tahun, Raja/Presiden akan bersikap seperti bethara Kresna, yang memegang teguh hukum (Trisula Weda), orang pinjam mengembalikan (penyitaan aset koruptor),hutang nyawa bayar nyawa, hutang memalukan dibayar memalukan.

"...Selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun\ sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu\ bakal ana dewa ngejawantah\ apengawak manungsa\ apasurya padha bethara Kresna\ awatak Baladewa\ agegaman trisula wedha\ JINEJER WOLAK-WALIKING ZAMAN\ wong nyilih mbalekake,\ wong utang mbayar\ utang nyawa bayar nyawa\ utang wirang nyaur wirang,"

DATANGNYA ZAMAN KOLOSEBO

Datangnya ZAMAN KOLOSEBO, merupakan zaman Ketika negara benar-benar bisa mengayomi Rakyatnya,Negara Kuat, Kaya dan berdaulat "Nasionalisasi Sumberdaya Alam", kehidupan masyarakat makmur dan sejahtera,Pajak Rakyat dikurangi.(Negara Perlu memperbanyak lapangan kerja-mengurangi banyaknya Lulusan Sarjana nganggur selama Covid-19 Hingga saat ini, dengan lapangan kerja yang memadai Pajak Rakyat juga bisa jadi terasa ringan).

"..Raja Kara Murka Kutila musnah, Kemudian kelak akan datang Tunjung putih semune Pudak kasungsang, Lahir di bumni Mekah (Nasab/Orang Islam yang Taat/bertauhid), Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan, redalah kesengsaraan di bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan,"

"...Raja keturunan waliyullah, Berkeda ton dua di Mekah dan Tanah Jawa (Kedaton Manusia Ada di hati, hati tempatnya Iman Islam -ber Budi pekerti Luhur Jawa), Letaknya dekat dengan gunung Perahu, sebelah barat tempuran. Dicintai pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia".

"...Waktu itulah ada keadilan Rakyat pajaknya dinar sebab saya diberi hidangan bunga seruni oleh ki Ajar, Waktu itu pemerintahan raja baik sekali,Orangnya tampan senyumnya manis sekali,".

"...Benar-benar raharja waktu itu tidak ada yang menghalang-halangi Rakyat yang dikenakan pajak seribu dikurangi oleh sang Prabu tinggal seratus dinar. Dihitung 1.800 rajanya musnah,".

BEBERAPA KISAH MASA KEJAYAAN LELUHUR NUSANTARA SEBELUM BERDIRINYA NEGARA INDONESIA 

1. Zaman Kerajaan Medang Jawa Tengah, Mulai Ratu Sanjaya Wangsa Sanjaya diteruskan Rakai Panangkaran Wangsa Sailendra Th 732 M - 929 M. Kerajaan bertahan sampai 197 Th / Hampir 2 Abad.

2. Zaman Kerajaan Medang Jawa Timur,Mulai Mpu Sendok Wangsa Isyana (929 - 947 M),diteruskan Raja Airlangga Wangsa Isyana mendirikan Kerajaan Kahuripan (1019 M), dilanjut sampai Puncak Kejayaan Zaman Prabu Jayabaya Wangsa Isyana Raja Kerajaan Panjalu (1135-1159 M), sampai Runtuhnya Kerajaan Panjalu pada masa Raja Kertajaya (1222 M), Kerajaan Wangsa Isyana bertahan Zaman Wangsa Isyana bertahan 293 Th / Hampir 3 Abad.

3. Kerajaan Singasari Malang, Mulai Raja Ken Arok Wangsa Rajasa (1222 M),sampai pada puncak kejayaan masa Raja Kertanegara (1272 M) hingga Runtuhnya (1292), Kerajaan Singasari Wangsa Rajasa bertahan Zaman Wangsa Isyana bertahan 70 Th.

4. Kerajaan Majapahit,Mulai Raden Wijaya Wangsa Rajasa (1293), sampai puncak kejayaan masa Raja Hayam Wuruk (1350-1389), pada tahun inilah nama Nusantara menjadi sangat populer lewat Sumpah Palapa Mahapatih Gajahmada "Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa.."(1336 M), hingga  Runtuhnya pada masa Raja Girindrawardhana (1527 M). Kerajaan Majapahit Wangsa Rajasa bertahan selama 234 Th / 2 Abad Lebih .

5. Jawa Zaman Kewalen,Sunan Giri Raden Paku mendirikan Pesantren Giri  (1478 M), selanjutnya berkembang menjadi Giri Kedaton Kedaton (1481 M), masa Kejayaan Ketika Giri Kedaton di pimpin Sunan Giri ke 4,Sunan Giri Prapen (548–1605 M), sampai Runtuhnya (1680 M), Giri Kedaton bertahan selama (202 Th/ 2 Abad.

6. Kesultanan Demak,Mulai Raden Patah (1478 M), sampai Arya Penangsang (1568 M),Setelah itu Masuk Joko Tingkir / Sultan Hadiwijaya Pusat Kerajaan Demak dipindahkan ke Kesultanan Pajang, Kesultanan Demak bertahan selama 90 Th/ Hampir 1 Abad.

7. Kemudian Berdirinya Bangsa Indonesia bersamaan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 sampai Th 2025,(97 Th), selanjutnya Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 (80 Th), belum pernah sampai Puncak Kejayaan, Kemakmuran dan Kesejahteraan masyarakatnya.

Sumber berita Kasepuhan Luhur Kedaton,bukan Politikus, Bukan Sejarawan,Bukan Paranormal, hanya rakyat bisa seng belajar nguri - nguri "Kebijaksanaan, Budi pekerti Leluhureng Wong Jawi"-Tim Redaksi

Liputan:*Tim Redaksi Media-C45T*

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak

PT.KONTRAS NEWS COM *Pimpinan Perusahaan:Castello *Nomor Kontak Media: 0813-6593-5144 *S.K.Kemenkuham AHU-:036739.AH.01.30.Tahun 2022 *NPWP:90.829.762.5-212.000