Kisah Nyata,Pengangkatan Jenazah Para Pahlawan Revolusi di Insiden Aksi Kebiadaban G30S/PKI lokasi Lubang Buaya

BuruSergap86.com -- Jakarta,Menelusuri Kisah Nyata Inspiratif Perjuangan Prajurit TNI-AD terbaik Bangsa Indonesia Lika-liku perjalanan Evakusi Jenazah Para Pahlawan Revolusi di lokasi Lubang Buaya Insiden Aksi Kebiadaban G30S/PKI,Sebagaimana dituturkan oleh Brigjen (Purn)R.Sukendar Pada 4 Oktober 1965 01.30 dinihari.

Perintah Resmi kepada Mayor CPM Subardi,ADC Letjen A.Yani melaporkan penemuan sebuah Sumur Tua kepada Pangkostrad Mayjen Soeharto.Bahwa sudah ada yang mencoba masuk sumur namun pingsan karena Kekurangan Alat-alat Evakusi,dalam Pelaksanaan Prosedur Evakusi Jenazah bagi Para Pahlawan Revolusi tersebut.

Salah seorang yang hadir mendengarkan laporan tersebut : Kapten Czi R.Sukendar,Kasi-II Gugus Tugas Zeni Kostrad. Beliau berpikir alangkah agungnya bila para korban bisa ditemukan untuk dimakamkan pada hari besar ABRI 5 Oktober 1965.Kala Itu.

Kapten Sukendar lalu melapor ke Letkol Rachwono Wakil Aslog Kostrad beserta saran dan langkah kerja dalam melakukan Aktivitas Evakusi Jenazah Para Pahlawan Revolusi Yang ternyata korban dari Komunis Gerakan September 1965 yang di sebut Gerakan G30S/PKI beralibi",Revolusi Dewan Jenderal", yang di koordinir DN Aidit dan Untung/Oetung.

Melaksanakan Tugas Mulia nya Letkol Rachwono melaporkan hal tersebut ke Pangkostrad. Kemudian Pangkostrad memerintahkan bentuk tim dan segera berangkat ke lokasi kejadian Lubang Buaya,Sesuai Perintah Panglima TNI-AD Soeharto.

Kemudian,Kapten Sukendar meninggalkan markas Kostrad menuju Ancol,Tepat nya Kompi Ipam (Intai Para Amphibi) KKO-AL berada,dibawah komandan Kapten KKO Winanto Saat itu.

Mereka berada di Ancol dalam rangka latihan untuk demonstrasi pendaratan amfibi nanti pada 5 Oktober 65.Mereka akan memakai tank dan panser milik Kostrad karena milik KKO masih di garis depan.

Dengan demikian tumbuh keakraban pribadi antara Zeni Kostrad dengan Kipam KKO.Saat Kapten Sukendar tiba Menuju lokasi Kipam di Ancol dalam keadaan kosong,gelap dan sunyi.

Bergerak Jalankan Instruksi Panglima TNI-AD Jenderal Soeharto,Kapten Sukendar menuju Markas Besar KKO Jl Prapatan. Menemui perwira jaga Kapten KKO Mustaram.Walau zonder surat perintah dan kartu identitas, Kapten Sukendar dihadapkan ke Panglima KKO saat itu,Mayjen KKO Hartono.

Kapten Sukendar"Kostrad mohon ijin pemakaian pasukan IPAM untuk mengangkat jenazah dari sumur.Perlu 7 orang plus 1 observasi pendahuluan jadi total 8 orang Prajurit Terbaik melaksanakan Tugasnya."

Dalam Pelaksanaan Prosedur Tugas Evakusi bagi Prajurit Militer TNI-AD Sebagai Prajurit Terbaik yang Langsung mengEvakusi Jenazah Para Pahlawan Revolusi di turunkan Tim Khusus yang Sangat gesit dan lincah dengan mengunakan 2 buah masker,2 set baju penyelam beserta Perangkat Lengkap,2 orang dokter,1 dokter umum dan 1 dokter gigi.

Mayjen Hartono langsung mengerti dan langsung setuju,dan mengeluarkan Sprint Panglima KKO, dengan catatan ijin dari Mabes AL harus diurus sendiri.

Kapten Sukendar keluar dari ruangan Panglima KKO kembali ke ruang perwira jaga.Kebetulan wakil perwira jaga adalah Letnan KKO Mispan,Wadanki IPAM. Danki Kapten Winanto sedang tidak ada di markas. 

Saat Jam 4 pagi : Kapten Sukendar selesai mengurus ijin ke Mabes AL Jalan Gunung Sahari,diantar Letnan Mispan dan Sersan Saparmin.

Halangan Pasca Evakusi Jenazah Para Pahlawan Revolusi, Yang ternyata tidak hanya Zat asam habis,persediaan di markas MBAL kosong.

Mereka lalu ke pabrik gas di Manggarai yg terkunci rapat. Setelah digedor-gedor dan atap dilempari batu, gerbang dibuka. Rombongan memilih dan mengambil 8 tabung zat asam.

Waktu itu,Satu jam sendiri waktu habis di pabrik gas mengambil bahan untuk Evakuasi korban di lubang buaya.

Lanjut....Masker dan alat selam ICAM 48 tidak berada di Mabes KKO dan MBAL. (Ya Tuhan ada saja halangannya...) Seorang Prajurit TNI-AD terbaik menyatakan bahwa ini Ujian kita Semua dalam melaksanakan Tugas Mulia.

Letnan Mispan memberi info kalau alatnya ada di kapal KRI Multatuli yang sandar di Dermaga II Tanjung Priok.Perlu 2 jam untuk mengambilnya.😭

Lanjut lagi...Jam 7 pagi ke Mabes KKO Kwitang menjemput anggota Kipam.

Jam 8 pagi ke Markas Kostrad laporan ke Wa Kakostrad Kolonel Satari dan Waaslog Letkol Rachwono."Tim siapp...! "

Tim terdiri dari 4 orang perwira dan 8 orang bintara dan tamtama, dipimpin Kapten Sukendar.

Kolonel Satari memerintahkan tim segera berangkat ke Lubang Buaya karena pukul 11 Panglima Kostrad akan ke lokasi.

Tim Terlihat mulai bergerak meninggalkan Makostrad.

"Kapten,kita perlu sarapan dulu...." kata seorang anggota.

Kepten Sukendar marah, "Belum bekerja sudah makanan yang dipikir !.."

"Bukan begitu Kapten,kami sudah pengalaman mengangkat jenazah membusuk, pasti tidak akan doyan makan.."..

Kapten Sukendar mengalah, anggota tim lalu sarapan bersama. (ternyata benar,Kapten Sukendar kemudian sampai 4 hari tidak bisa makan...)

Rombongan kemudian menuju Lubang Buaya lewat Cililitan menuju pangkalan Halim, dan tidak ada yang tahu arah ke lokasi. (belum jamannya share loc..)

Begitu masuk kawasan Halim, mereka dikejar 1 truk pasukan penjaga pangkalan,kepada sopir diperintahkan masuk halaman Komando Operasi. 

Bertemu Komodor Dewanto, (Deops AURI),dan Kapten Sukendar minta bantuan ke lokasi sumur Lobang Buaya.2 orang PAU (Polisi AU) diperintahkan mengantar Rombongan.Rombongan sampai ke sebuah pos yang menuju lokasi sumur. Lokasi sekitar sumur dijaga ketat oleh pasukan RPKAD.

Terhitung Jam 09.30.Seorang Pembantu Letnan RPKAD menghadang mobil rombongan, dan tetap melarang masuk walaupun sudah dijelaskan kedatangannya atas perintah Pangkostrad. Petugas pos tetap tidak percaya karena rombongan dikawal oleh Polisi AU dan ada pasukan baret ungu di rombongan.

Rombongan Kapten Sukendar pun mengalah dan beristirahat di warung karedok sambil menunggu rombongan Pangkostrad.

Tepat Jam 11.30,Terdengar konvoi rombongan Pangkostrad,dan Kapten Sukendar nekad menghentikan konvoi untuk melaporkan Tim sudah siap,namun dilarang masuk.

"Siapa yang tidak memperbolehkan masuk?" tanya Mayjen Soeharto.

"Pos penjagaan Panglima.." sahut Kapten Sukendar.

"Tunggu.." jawab Panglima.

Sekitar 10 menit kemudian, seorang kurir bermotor membawa perintah untuk membawa Kapten Sukendar menghadap Pak Harto.

"Bagaimana Dar, tim mu sudah siap? " tanya Pak Harto..."Siap Panglima..."

Kemudian Kapten Sukendar diantar naik motor kembali ke warung karedok,dan tim diperintahkan masuk ke lokasi sumur berada.

Berkisar Jam 13.30; Tanggal 4 Oktober 65,Di balik Singkat cerita,pengangkatan 7 jenazah berhasil dilakukan,dan telah banyak dituliskan.

Dari 12 rombongan pimpinan Kapten Sukendar tersebut,lalu bertambah 1 orang lagi yakni Praka Nanang anggota RPKAD turut serta masuk sumur dengan menggunakan peralatan yang dibawa rombongan Kapten Sukendar.Praka Nanang ini pernah mengikuti latihan IPAM.

Atas jasa-jasanya,Para anggota KKO memperoleh anugerah dari TNI-AD berupa Bintang Kartika Eka Paksi, dan Kapten Sukendar memperoleh Bintang Jalasena Nararya dari TNI-AL.

Menurut keterangan resmi buku"Siapa Dia? Pati TNI-AD" - Harsja Bachtiar, Robertus Sukendar pensiun terakhir dengan pangkat Brigjen dan pernah menjabat Inspektur Pengawas Umum,Itjen TNI-AD.

Ternyata Sempat di Rilis Menurut berita Tempo Edisi : 21 November 1987,wisuda purnawira beliau dilakukan pada November 1987 berbarengan dengan Jenderal Rudini dan Letjen Dading Kalbuadi.

DiKutip dari tulisan Seorang Anggota Prajurit TNI-AD Brigjen (Purn) R.Sukendar pada media komunikasi Senakatha Desember 2006 Jani Sari Library.

Liputan:*Tim Redaksi Media-C45T*

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak

PT.KONTRAS NEWS COM *Pimpinan Perusahaan:Castello *Nomor Kontak Media: 0813-6593-5144 *S.K.Kemenkuham AHU-:036739.AH.01.30.Tahun 2022 *NPWP:90.829.762.5-212.000